Senin, 15 Agustus 2011

Mutiara RI Kuasai Mayoritas Pasar Global

Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (ASBUMI) menyatakan bahwa Indonesia sebagai salah satu basis produksi mutiara terus terancam, karena pengaruh pemanasan global (global warming). Padahal, mutiara Indonesia menguasai 53 persen pangsa pasar global.

Menurut Sekjen ASBUMI, Bambang Setiawan, kerang penghasil mutiara merupakan binatang yang sensitif, apalagi terhadap dampak pemanasan global.

"Kalau ada usaha mutiara tidak bisa dekat di daerah tambak, pelabuhan, dan sarang rumput laut yang banyak bakteri, perlu ada konservasi khusus kerang," kata dia di Jakarta, Senin 15 Agustus 2011.

Produksi mutiara, Bambang melanjutkan, terus menurun. Pada 2009, ekspor mutiara Indonesia mencapai 4,5 ton, sedangkan pada 2010 turun menjadi 3,7 ton atau senilai US$19 juta.

Untuk ekspor mutiara tahun ini, ASBUMI menargetkan dapat meningkat menjadi 3,8 ton dari kebutuhan mutiara dunia yang mencapai sembilan ton.

Bambang pun meminta agar pemerintah memperhatikan ekspor mutiara, selain konservasi khusus kerang penghasil mutiara.

Menurut Bambang, budidaya mutiara membutuhkan proses produksi lama antara 3-5 tahun. Setiap bulannya, petani mutiara selalu mengeluarkan biaya besar karena pungutan pemerintah daerah yang mengaitkan otonomi daerah.

"Sejak otonomi daerah, banyak pungutan pemda, seperti PBB laut, sewa permukaan laut, sewa dermaga, dan lain-lain," katanya.

Bambang mengusulkan agar pungutan pemda tersebut dilakukan setelah petani berhasil memanen mutiara dan melakukan ekspor, sehingga tidak memberatkan proses produksi petani mutiara.

Selain itu, setiap panen, harga mutiara asal Indonesia selalu anjlok. Saat ini, harga mutiara Indonesia hanya sebesar US$5 per gram, jauh dibandingkan harga mutiara Australia yang mencapai US$25 per gram. Harga yang anjlok ini, kata dia, diakibatkan terjadinya kelebihan suplai mutiara Indonesia.

Untuk itu, ia mengusulkan agar ada badan penyangga yang mengatur ekspor mutiara Indonesia. Badan penyangga ini nantinya yang membeli mutiara Indonesia lalu melakukan ekspor mutiara secara bertahap agar dapat mengatrol harga mutiara Indonesia di pasar internasional.

"Saya harap dengan adanya badan penyangga ini harga mutiara Indonesia dapat mencapai US$15 per gram," katanya. (art)